Tafsiran Kitab Kejadian 11:1-9
A Pendahulua.
Jika diperhatikan dari penciptaan (Kejadian 1) sampai pada kejadian 11:1-9, ada beberapa peristiwa penting yang menurut laporan Alkitab berdampak bagi seluruh isi bumi. Beberapa peristiwa tersebut sebagai berikut: Kejatuhan Adam dan Hawa; merupakan kejatuhan yang berakibat bagi seluruh alam semesta, bukan saja manusia, akan tetapi alam juga. Kedua air bah; menurut beberapa penafsir mengatakan bahwa, sebelum air bah bumi ini hanya satu tanpa terbagi-bagi, akan tetapi peristiwa air bah mengakibatkan adanya beberapa benua dan pulau yang saat ini kita lihat. Namun menurut penulis masih meragukan pendapat ini, sebab tidak ada indikasi yang kuat dalam peristiwa itu yang dicatat dalam Alkitab. Ketiga adalah peristiwa pembangunan sebuah kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit. Peristiwa ini menurut laporan Alkitab berakibat bagi seluruh manusia dalm hal bahasa verbal.
B. Beberapa Anggapan (Tafsiran)
Peristiwa pembangunan kota yang kemudian disebut Babel (kekacauan) terjadi sekitar seribu tahun setelah peristiwa air bahwa Peristiwa ini bermula ketika manusia telah menjadi banyak jumlahnya. Ada beberapa tafsir yang sudah dikemukakan berkenaan dengan alasan manusia membangun kota tersebut dengan menara puncaknya sampai ke langit, sebagai mana yang diuraikan oleh Henry dan Wesley
- Untuk mengantisipasi perpecahan
Dikatakan bahwa, manusia yang telah banyak jumlahnya kawatir jika dikemudian hari mereka berpisah/terserak. Maka untuk mengantisipasi perpisahan itu manusia berpikir untuk membangun sebuah kota yang kokoh agar mereka tetap berkumpul/bersatu
- Antisipasi Air Bah
Meskipun Allah telah berjanji bahwa tidak akan menghukum manusia dengan air bah lagi, tetapi manusia tidak terlalu yakin akan janji itu. Peristiwa tersebut begitu melekat pada mereka, meskipun telah berlalu seribu tahun. Manusia lebih percaya pada kemampuan mereka mengamankan diri dari air bah. Kepercayaan diri dan kesatuan hari yang mereka mili inilah yang kemudia mendorong mereka membangun sebuah kota dengan menara puncaknya sampai ke langit. Bagi manusia zaman itu, seratus tahun bukalah waktu yang lama, karena umur mereka relative panjang.
Dari alasan dan tujuan pembangunan inilah Allah akhirnya menghukum manusia dengan mengacaukan bahasa manusia. Diperkirakan bahwa manusia satu bahasa dan satu logat sebelumnya, tetapi Tuhan mengacaukannya sehingga manusia akhirnya tidak saling mengerti, bingung. Dengan demikian manusia bukan lagi sibuk membangun kota dan menara, tetapi sibuk untuk berusaha saling mengerti. Pertanyaanya adalah, bagaimana Allah mengacaukan bahasa manusia itu, apakah terjadi begitu saja atau bagaimana. Penulis menjawab bahwa secara teknis, Alkitab tidak menguraikan bagaimana prose situ berlangsung, sebab bukan prosesnya yang Alkitab mau sampaikan, tetapi alas an Allah menghukum demikian dan akibatnya bagi manusia. Teologi reformed dalam hal ini menjawab bahwa “kita berjalan sejauh Alkitab berjalan dan kita berhenti sejauh Alkitab berhenti”. Alkitab hanya menceritakan latar belakang dan alasan pengacauan bahasa manusia dan akibatnya, yaitu pembangunan kota dan menara tidak jadi, dan manusia berserakan karena tidak saling mengerti satu sama lain.
C. Pengacauan Bahasa Manusia
Apakah yang dikacaukan oleh Tuhan itu sunguh-sungguh bahasa verbal yang sekarang digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi? Atau kalimat itu hanya sebagai kiasan saja yang menunjukkan bahwa Tuhan marah dan menghukum manusia?
Menurut ayat 1 semua orang berbicara dalam “satu (´ehat) bahasanya dan satu (´ªhadîm) logatnya. Jika diperhatikan dari kata-kata ibrani di atas, maka memang ayat 1 berbicara mengenai bahasa verbal. Hal ini sebenarnya tidak mengherankan, sebab secara laporan Alkitab, manusia itu berasal dari satu nenek moyang, yaitu Nuh. Tentu saja Nuh dan anak-anaknya satu bahasa, satu logat atau dialek. Tidak mungkin jika satu keluarga mempunyai banyak bahasa. Secara logis, satu keluarga maka satu bahasa, logat dan dialek. Dan tentu saja, bahasa yang digunakan dalam keluarga tersebut, secara otomatis diturunkan kepada anak cucu. Jadi, kesimpulannya adalah, yang dikacaukan oleh Allah itu memang sungguh-sungguh bahasa verbal yang saat ini digunakan oleh setiap manusia menurut suku, dan bangsanya.
D. Apa Masalahnya?
Tanpa diperhatikan secara seksama, maka tentu penghukuman Allah bagi manusia zaman itu sesuatu yang mengherankan, sebab secara sepintas manusia membangun sebuah komunitas untuk menjaga kesatuan umat manusia. Tentu secara hukum sosialogi dan hukum moralis hal ini tentu saja baik. Namun ternyata peristiwa tersebut tidak sebaik yang dipikirkan.
Ada beberapa masalah besar yang membuat manusia berdosa di hadapan Allah, yang kemudian Allah menghukum manusia dengan mengacaukan bahasa.
- Menentang Firman Tuhan
Menurut Jonh J. Davis, bahwa yang membuat manusia berdosa di hadapan Allah adalah sikap dan rencana manusia yang menentang firman Tuhan Allah. Sebab dalam Kej. 1:28, Tuhan berfirman kepada manusia supaya “…beranak cucu dan bertambah banyak; penuhilah bumi…”, bahkan perintah ini Tuhan Allah mengulangi kepada Nuh setelah air bah surut (Kej. 9:1). Dalam kejadian 11:1-9 ini, tampak manusia tidak mau berserak di seluruh bumi, tetapi manusia ingin tetap bersatu. Hal inilah yang menurut John J. Davis yang membuat manusia berdosa di hadapan Allah.
- Penghinaan Bagi Allah
Pembangunan kota itu juga merupakan penghinaan Allah, hal ini dilihat dari tujuan membangun kota tersebut, yaitu membangun menara yang puncaknya samapi ke Surga. Dalam hal ini ada indikasi dimana manusia mau menyamakan diri dengan Allah, paling tidak bersaing dengan Allah.
- Kesombangan Manusia
Di atas diuraikan bahwa pembanguan ini merupakan penghinaan kepada Allah, manusia mau bersaing dengan Allah. Sehingga dengan demikian dapat disimpukan bahwa pembagunan in sebagai bentuk kesombongan manusia. Henry berkata bahwa manusia ingin menorehkan nama di atas bumi agar dapat diperbincangan di sepanjang masa.
- Meragukan Allah
Setelah peristiwa air bah, Tuhan berfirman kepada Nuh dan berjanji bahwa Tuhan tidak akan menghukum bumi dengan air bah (Kej. 9:11). Jika tafsiran di atas yang mengatakan bahwa alasan manusia membangun kota tersebut adalah mengantisipasi air bah, maka disinilah terletak dosa manusia di hadapan Allah. Sebab jika Tuhan berfirman bahwa Dia tidak menghukum manusia dengan air bah lagi, maka itu pasti. Jika manusia bermaksud membangun kota untuk mengantisipasi air bah, artinya manusia tidak mempercayai firman Tuhan yang diucapkan-Nya kepad nuh nenek moyang mereka.
- E. Kesimpulan
Dari apa yang telah diuraikan di atas, maka tampak bahwa rencana manusia dalam Kej. 11:1-9 serius adanya. Sebab Allah tidak tampak kompromi dengan manusia, itu artinya dosa tersebut fatal di hadapan Allah.
Oleh sebab itu, sebagai orang percaya saat ini, Kej. 11:1-9 merupakan pelajaran berharga bagi jemaat Tuhan, dimana tindakan manusia yang bertentangan dengan kehendak Tuhan akan mengakibatkan manusia berdosa di hadapan Allah.
Ada beberapa hal yang menjadi pelajaran bagi manusia secara umum dalam peristiwa pengacauan bahasa tersebut:
- Kekuatan kesatuan manusia dengan cara dan tujuan apapun – di luar maksud Tuhan – tidak pernah berhasil dengan baik
- Menunjukkan bahwa ada Tuhan yang Maha Kuasa atas seluruh manusia yang mengatur seluruh hidup manusia termasuk rencana dan pemikiran manusia
- Seyogyanya manusia belajar untuk lebih merendahkan diri di hadapan Tuhan
- Manusia mestinya menyadari bahwa apapun yang dikerjakan manusia diluar makdus Tuhan itu akan sia-sia
Kejadian 11:1-9 ini juga memberikan jawaban terhadap pertanyaan modern bahwa “kenapa manusia begitu banyak bahasa?”. Jika diteliti dari sejarah mana pun, belum ada penjelasan atas banyaknya bahasa manusia, kecuali Alkitab. Amin Tuhan Yesus Memberkati Shalom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar