Tetapi kami ingin, supaya kamu masing- masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, Ibrani 6:11
Seperti apakah perasaan kita nanti saat berada di pembaringan terakhir? Keadaan seperti itu sulitlah untuk bisa kita bayangkan sekarang, sebab haruslah dialami langsung baru kita mengerti. Pikiran dan perasaan kita belum mampu membayangkan situasi itu. Tetapi yang jelas, situasi tersebut benar-benar mengerikan bila kita tidak siap untuk melepaskan nyawa. Tidak siap melepaskan nyawa artinya tidak memiliki kepastian keselamatan.
Kepastian keselamatan bukan hanya keyakinan bahwa kita akan diterima di kemah abadi Tuhan, melainkan memiliki pengalaman hidup bersama dengan Tuhan, bahwa kita telah mempertaruhkan hidup ini untuk berusaha memperoleh perkenan-an Tuhan dan melayani-Nya tanpa batas. Jika demikian, tak diragukan bahwa kita akan diterima-Nya sebagai sahabat-Nya.
Maka janganlah kita tertipu oleh ajaran atau doktrin yang mengajarkan bahwa cukup dengan memeluk agama Kristen, meyakini keselamatan kita dan percaya sepenuhnya bahwa kalau mati akan masuk surga, otomatis kita pasti masuk surga. Sepintas sepertinya ini mulia, padahal tidak. Ini menunjukkan bahwa seakan-akan kekuatan pikiran, keyakinan pikiran atau pengaminan akali belaka dapat menyelamatkan seseorang. Tidak ada bedanya dengan ajaran New Age.
Begitu mudahkan keselamatan itu? Dalam berbagai bagian dalam Alkitab dinyatakan bahwa keselamatan itu harus diperjuangkan (Flp. 2:12; Luk. 13:24 dan sebagainya). Berarti percaya yang benar bukan hanya dengan pikiran atau akal manusia, melainkan harus dibuktikan dengan respons berupa tindakan konkret.
Kalau saya mengunjungi rumah seorang sahabat dan dihidangkan segelas air, maka saya akan meminumnya tanpa sangsi. Kalau saya ditanya, “Yakinkah Saudara bahwa air yang Saudara minum itu tidak mencelakai Saudara?” Saya akan menjawab, “Saya bukan sekadar yakin, tetapi saya tahu. Saya sudah mengenal sahabat saya ini lebih dari dua puluh tahun. Tidak mungkin ia meracuni saya. Lagipula saya sudah sering datang ke rumah ini dan minum airnya. Saya tidak pernah celaka.”
Jadi jelas bahwa keselamatan haruslah lebih dari sebuah keyakinan pikiran. Kepastian keselamatan diperoleh dari pengalaman hidup konkret, dengan mengisi hari-hari hidup kita untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Melalui pengalaman yang nyata dengan Tuhan, sama sekali tidak ada keraguan akan kehadiran-Nya. Saat di pembaringan terakhir, kita tidak perlu berusaha untuk memercayai Tuhan, sebab kita sudah sangat percaya; kita tahu.
Kepastian keselamatan diperoleh dari pengalaman hidup konkret, dengan
mengisi hari-hari hidup kita untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar