Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. (1 Samuel 16:13)
“Tahu nggak, ada dokter gigi yang bagus nih. Namanya Dokter C, di jalan X nomor Y,” ujar seorang ibu kepada temannya. Ia rajin mempromosikan dokter itu tiap kali mendengar seseorang mengeluhkan giginya. Namun, suatu kali seorang teman berjumpa dengan ibu itu sedang antri di dokter gigi yang lain. “Lho, kok di sini, bu?” tanya temannya. “Iya, tapi dokter C bagus kok. Kalau dokter yang ini karena saya sudah langganan lama, sudah terbiasa, dan lebih murah.”
Di sinilah kita melihat perbedaan antara memercayai dan mengimani. Kita bisa saja percaya pada satu fakta, tetapi iman sejati akan muncul dalam perbuatan kita sehari-hari. Eliab, kakak Daud, adalah seorang prajurit yang gagah. Ia menyaksikan Daud diurapi sebagai raja dan percaya Daud itu raja. Namun, hatinya belum sanggup percaya. Tindakannya tidak menunjukkan penerimaannya atas kebenaran itu. Kemarahannya kepada Daud di medan perang menunjukkan bahwa Eliab masih memandang remeh Daud yang masih dianggapnya sebagai si penggembala kambing domba.
Kita pun kerap memilih untuk berpegang teguh pada apa yang kita inginkan, bukan pada kebenaran. Mengapa Tuhan memilih si A, bukan saya yang lebih berprestasi? Mengapa Tuhan meminta saya melakukan ini dan bukan yang itu? Ada banyak pertanyaan yang ditujukan kepada Tuhan kerap muncul dalam kehidupan iman kita. Belajarlah untuk tidak membutakan diri pada kebenaran hanya karena kebenaran Tuhan itu tidak nyaman bagi kita. Amin Tuhan Yesus Memberkati Shalom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar