Nuh, siapa yang tidak mengenalnya? Setidaknya tiga agama besar, yakni Islam, Yahudi (Yudaisme), dan Kekristenan, memiliki catatan mengenai pria ini di kitab suci mereka. Baru-baru ini, Hollywood me-release film berjudul “Noah” yang terinspirasi dan diadaptasi dari kisah Nuh yang ada di Alkitab. Hal ini berarti bahwa dunia sekulerpun, tertarik atau setidaknya mengenal pribadi yang identik dengan air bah dan bahtera ini. Kisah Nuh memang sangat terkenal dan spektakuler di seluruh dunia, terlepas dari apakah orang-orang percaya akan kisah ini atau menganggapnya tidak lebih dari sekadar dongeng yang dipercayai oleh umat Muslim, Yahudi, dan Nasrani.
Namun, apapun pandangan dunia mengenai kisah dan pribadi Nuh, Kekristenan memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa Nuh benar-benar pernah hidup di muka bumi ini, dan ia benar-benar menerima perintah Allah untuk membangun suatu bahtera, dan dengan bahtera itu Allah menyelamatkan beberapa orang dan binatang dari bencana alam yang Ia datangkan karena murka, yakni air bah, yang benar-benar pernah melanda bumi ini. Lebih dari itu, Kekristenan tidak hanya percaya pada kisah Nuh, Kekristenan meyakini bahwa kisah Nuh merupakan pengantar dari suatu kisah lain yang bahkan jauh lebih dahsyat. Kisah apakah itu? Itulah kisah penyelamatan umat manusia dari murka kekal Allah oleh Yesus Kristus, Sang Juru Selamat Dunia.
Melalui pribadi Nuh dan peristiwa air bah, Allah memproyeksikan pribadi Kristus dan karya yang akan Ia perbuat untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada-Nya. Jika Nuh menyelamatkan umat manusia dari air bah, maka Yesus menyelamatkan umat manusia dari api neraka yang abadi.
Di halaman ini kita akan melihat bagaimana pribadi Nuh menjadi nubuatan dan gambaran dari Yesus Kristus yang baru akan lahir 2300-an tahun setelah Nuh. Besar harapanku setelah kita selesai dengan bagian ini, kita akan semakin mengerti bahwa seluruh isi Alkitab bercerita tentang Kristus. Dan tidak hanya Alkitab, tetapi juga seluruh sejarah dunia dan peristiwa-peristwa yang akan datang, merupakan kisah yang dirajut oleh Allah untuk menceritakan Anak-Nya, yakni Yesus Kristus, Sang Raja di atas segala raja.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
1. Nama Nuh
Hal pertama dari Nuh yang menggambarkan Kristus adalah namanya. Nuh merupakan nama Ibrani, נוֹחַ, yang memiliki arti “istirahat” atau “kenyamanan” (rest/comfort). Nama Nuh diberikan oleh ayahnya, Lamekh. Harapan Lamekh ketika ia memberikan nama itu kepada anaknya tersurat dalam perkataannya:
“Anak ini akan memberi kepada kita penghiburan dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah
di tanah yang telah terkutuk oleh TUHAN.” (Kejadian 5:29)
Yesus Kristus menjadi penggenapan akhir dari harapan Lamekh ini. Dia berkata:
Apa yang digambarkan oleh “pekerjaan yang penuh susah payah” dan “tanah yang terkutuk” dalam firman Tuhan ini? Saat itu, Lamekh tidak mengerti sepenuhnya apa yang Tuhan nubuatkan melalui doanya. Apa yang Lamekh mengerti hanyalah bahwa tanah di bumi ini telah dikutuk oleh Tuhan sehingga diperlukan kerja keras agar tanah itu bisa memberikan hasil. Kita, yang hidup dalam masa Perjanjian Baru ini, tentu bisa melihat lebih jauh tentang apa yang Tuhan maksud dalam nubuatan Lamekh itu. Rasul Paulus membantu pemahaman kita dengan menjelaskan:
“Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah KUTUK.“
(Galatia 3:10)
“Pekerjaan yang penuh susah payah” yang dikatakan oleh Lamekh merupakan gambaran dari “pekerjaan Hukum Taurat”, dan “kutuk” menggambarkan “kutuk dosa”. Semua orang yang hidup di bawah hukum Taurat, masih berada di bawah kutuk dosa. Sejak awal Hukum Taurat tidak ditetapkan oleh Allah untuk menyelamatkan siapapun. Namun, orang Yahudi yang salah mengerti kemudian mendasarkan keselamatan jiwanya pada praktek pelaksanaan hukum Taurat. Hal itu membuat hidup mereka penuh dengan susah payah dan kerja keras sebab mereka harus bisa memenuhi tuntutan hukum Taurat yang pada dasarnya mustahil dapat ditunaikan dengan sempurna oleh manusia yang berdosa.
Hanya Kristuslah yang tidak berdosa yang sanggup memenuhi tuntutan Hukum Taurat secara sempurna dan memang Ia telah menghidupnya. Dan karena kesempurnaan, kebenaran, dan kekudusan-Nya, Yesus Kristus layak untuk menjadi imam sekaligus korban, untuk menebus dosa manusia di hadapan Allah.
Kristus telah melakukan semua yang Hukum Taurat tuntut dari manusia. Semua telah “selesai”, kata-Nya di atas kayu salib. Kini, setiap orang hanya perlu percaya pada apa yang telah dilakukan-Nya dan datang kepada-Nya. Di dalam Dia, setiap orang percaya akan menemukan peristirahatan, penghiburan, pengampunan, dan pengudusan dari setiap kutuk dan dosa. Dengan demikian, Yesus Kristus telah menjadi “Nuh”, dalam artian Kristus telah menjadi tempat penghiburan bagi setiap orang yang datang kepada-Nya.
Kisah Nuh diawali dengan keluhan dan murka Allah terhadap umat manusia yang telah menjadi begitu jahat di mata-Nya. Allah bahkan berkata bahwa Ia “menyesal”. Allah adalah Maha Tahu, tidak mungkin Ia menyesal seolah-olah Ia tidak tahu apa yang akan terjadi. Allah tahu bahwa manusia akan menjadi sedemikian jahat namun untuk mengekspresikan betapa besar kesedihan-Nya, Ia mengibaratkan diri sebagai seorang manusia yang menyesal dan ingin mengulang kesalahannya apabila ia punya kesempatan kedua.
Seperti itulah kesedihan dan murka Tuhan. Seperti itulah keinginan-Nya untuk membinasakan umat manusia yang berdosa. Ia serius dengan itu dan Ia benar-benar akan segera menjalankan pembinasaan yang Ia rancang. Namun, di tengah murka yang mengerikan itu, secara luar biasa Tuhan berkata:
Nuh mendapat kasih karunia di hadapan Tuhan. Tuhan berkenan kepada Nuh. Itulah yang menandai dimulainya pelayanan Nuh. Suatu pelayanan yang luar biasa besar dan mulia, sebab pelayanan itu merupakan sebuah misi penyalamatan umat manusia. Bukankah ini mengingatkan kita akan Kristus? Tentu saja.
Jika Nuh diutus untuk menyelamatkan umat manusia dari air bah, maka Kristus diutus untuk suatu misi penyelamatan yang jauh lebih besar, yakni penyelamatan manusia dari hukuman kekal Allah. Dan sama seperti Nuh yang awal pelayanannya ditandai dengan pernyataan kasih Allah, Yesus Kristus juga memulai pelayanan-Nya dengan suatu peneguhan dari Allah Bapa, yakni ketika Allah berkata di hadapan semua orang yang ada di sungai Yordan:
Allah memberikan pengakuan bahwa Ia mengasihi Kristus. Namun, bukan hanya Bapa yang memberikan kesakian mengenai kasih-Nya, Yesuspun mengonfirmasi kasih di antara Bapa dengan Kristus, saat Ia berdoa:
Sama seperti pada Nuh, Allah mengasihi dan berkenan kepada Yesus Kristus.
3. Tuhan bekerja melalui Nuh Seorang
Pekerjaan membuat bahtera yang sedemikian besar pastilah merupakan pekerjaan yang luar biasa berat. Dengan siapakah Nuh bekerja membangun bahtera Allah itu? Bisa jadi Sem, Ham, dan Yafet juga membantu ayahnya dalam membangun bathera itu. Namun, kenyataan bahwa kontribusi mereka tidak dicatat oleh Alkitab, memberikan kita suatu isyarat bahwa Nuh adalah satu-satunya tokoh utama, di samping Allah, yang menggenapi rencana besar Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari kepunahan ini.
Hanya Nuh yang pertama-tama dicatat menerima kasih karunia di hadapan Allah (Kejadian 6:8). Hanya Nuh yang dicatat sebagai orang yang benar, tak bercela, dan hidup bergaul dengan Allah (6:9; 7:1). Hanya Nuh yang menerima penugasan langsung dari Allah (6:13-17). Hanya dengan Nuh Allah membuat suatu perjanjian bahwa Ia akan menyelamatkan keluarga Nuh dan sejumlah binatang (6:18-19).
Apa yang terjadi di sini sungguh menggambarkan Kristus yang akan datang. Memang benar bahwa dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak bekerja seorang diri. Ia melayani bersama murid-murid-Nya dan mereka sangat membantu pelayanan-Nya. Namun, momen puncak dari penyelamatan umat manusia oleh Kristus hanya dilakukan-Nya sendirian.
Hanya Yesus seorang diri yang naik hingga ke atas kayu salib dan mati. Hanya Dia yang mengorbankan diri untuk menebus dosa umat manusia yang percaya kepada-Nya. Hanya Dia yang menyelamatkan manusia dari murka Allah, yang jauh lebih mengerikan dibanding air bah, sebab murka yang satu ini tak akan pernah padam.
Mengapa hanya Yesus Kristus yang ditetapkan oleh Allah untuk menjadi media keselamatan dunia? Mengapa tidak ada satu orangpun yang ada, yang pernah ada, dan yang akan ada yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri dengan ibadah dan perbuatan baik yang dilakukannya? Sebab semua manusia berdosa dan hanya Yesus yang kudus, yang tidak berdosa, yang sempurna, yang benar, dan yang berkenan kepada Allah. Hanya Dia yang layak dan sanggup mengemban dan menunaikan tugas itu. Dan yang pasti, hanya Kristus yang menerima perjanjian dari Allah mengenai penyelamatan dunia, bahkan sebelum dunia ini dijadikan.
Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.
(Yohanes 17 : 4-5)
Itulah Perjanjian Agung di dalam Allah Tritunggal. Sebelum dunia diciptakan, Allah Tritunggal telah mengikat janji di dalam diri-Nya sendiri, yakni agar Yesus memuliakan Bapa di bumi dengan cara mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia, dan sebagai balasannya, Allah Bapa akan mempermuliakan Yesus, menaklukan segala sesuatu di bawah kaki Yesus (Ibrani 2:8) dan menjadikan-Nya yang terutama di dalam segala sesuatu (Kolose 1:8).
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sejauh ini, kita telah membahas tiga hal dari kisah dan pribadi Nuh yang mencerminkan Yesus Kristus. Di bagian selanjutnya, kita akan membahas dua hal lagi. Sampai bertemu lagi. Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar